Hujan deras mengguyur jendela apartemen kecil yang sunyi. Ucil, kucing putih dengan bintik hitam, duduk diam di sudut ruangan. Matanya bengkak, sesak dengan rasa bersalah. Oyen, kucing hitam yang menjadi suaminya, baru saja meninggal. Seharusnya hari ini mereka menandatangani surat cerai. Tapi semuanya sudah terlambat. Ucil menyesali setiap momen pertengkaran, setiap kata yang tidak pernah terucapkan.
“Jika saja aku bisa mengulang semuanya...” bisik Ucil.
Saat air mata jatuh ke lantai, tiba-tiba kalung yang Oyen berikan pada hari pernikahan mereka berkilauan. Seketika, dunia di sekitarnya memutar cepat, menarik Ucil ke dalam pusaran waktu.
Ketika ia membuka mata, Ucil terkejut. Dia kembali ke masa lalu, tepat beberapa bulan sebelum semua kekacauan dimulai. Oyen masih hidup, duduk di dekat jendela, mengamati burung-burung yang terbang.
"Oyen..." suara Ucil gemetar.
Oyen menoleh dan tersenyum seperti dulu, senyum yang membuat hati Ucil dulu berdebar. "Sarapan udah siap, sayang. Kamu tidur nyenyak semalam?"
Ini kesempatan kedua! Ucil tak percaya nasib memberinya peluang untuk memperbaiki semuanya. Ia bertekad takkan mengulangi kesalahan yang sama. Setiap hari, Ucil menjadi lebih perhatian, menghindari argumen, dan membuat Oyen merasa dicintai sepenuhnya. Semua tampak berjalan baik. Cinta mereka kembali hidup, seolah tidak pernah ada keretakan.