Di dunia perkucingan, Yeong, seekor kucing cantik berwarna abu-abu dengan bulu yang lembut, dulu adalah bintang. Ia sering tampil sebagai pemeran utama dalam berbagai drama besar. Namun, waktu berjalan cepat, dan kini ia hanya menjadi aktris pembantu yang tak lagi bersinar seperti dulu. Tawaran peran utama tak lagi datang, dan demi bertahan hidup, ia bekerja sebagai tukang bersih-bersih di sebuah penthouse mewah.

Hari-harinya dipenuhi dengan kelelahan. Membersihkan ruangan-ruangan besar yang dihuni oleh kucing-kucing elit, sambil sesekali menatap ke luar jendela, merindukan masa-masa kejayaannya. Namun, rasa kecewa tak hanya datang dari karirnya. Kehidupan cintanya juga tak lagi indah. Setelah bertahun-tahun menjalin hubungan yang penuh kepura-puraan dengan seorang sutradara terkenal, hubungan mereka berakhir pahit, meninggalkan Yeong sendirian.

Suatu hari, saat Yeong selesai bekerja dan sedang berjalan pulang dengan lelah, ia melihat sebuah papan reklame besar yang dipasang di pusat kota. Iklan tersebut menampilkan informasi tentang pameran fotografi besar oleh fotografer muda berbakat, Seo-jin, seekor kucing berbulu hitam yang dikenal dengan karya-karya “kontroversial”-nya. Namun, yang membuat jantung Yeong berdebar adalah foto yang terpajang besar di tengah-tengah reklame itu—foto dirinya. Bukan foto dirinya yang sekarang, tapi foto yang diambil 10 tahun lalu, saat ia berada di puncak popularitasnya. Dalam foto itu, Yeong terlihat begitu mempesona dan penuh percaya diri.

"Ini… aku?" gumamnya sambil menatap poster itu dengan tidak percaya.

Ternyata, foto tersebut adalah bagian dari karya Seo-jin yang mengangkat tema "Keindahan yang Pudar." Yeong tak tahu kapan foto itu diambil, tapi kini fotonya menghiasi galeri-galeri seni dan menyedot perhatian publik. Publik mulai penasaran siapa Yeong sebenarnya, kucing yang pernah begitu bersinar, namun hilang begitu saja dari radar popularitas. Media sosial dipenuhi dengan foto-foto Yeong, membuatnya kembali menjadi sorotan.

Keesokan harinya, Yeong menerima panggilan telepon dari manajernya, sesuatu yang sudah lama tak terjadi.

"Yeong! Kamu tidak akan percaya ini! Semua orang membicarakanmu! Para produser ingin kamu kembali ke layar! Mereka bilang kamu harus menjadi bintang di drama mereka yang akan datang!" suara manajernya bersemangat di telepon.

Yeong hanya bisa terdiam. Ternyata satu foto bisa mengubah segalanya.

Seminggu kemudian, Yeong diundang ke acara pembukaan pameran foto tersebut. Saat ia tiba di galeri, semua mata tertuju padanya. Ia bisa merasakan tatapan penuh kekaguman dari para pengunjung, sesuatu yang sudah lama hilang dari kehidupannya. Di salah satu sudut galeri, ia melihat Seo-jin, sang fotografer, dengan kamera tergantung di lehernya, tersenyum ke arahnya.

"Kamu datang," ujar Seo-jin dengan tenang saat Yeong mendekatinya. "Aku sudah menunggumu."

Yeong, dengan mata yang masih penuh pertanyaan, bertanya, "Kenapa foto itu? Kenapa aku?"

Seo-jin menatapnya dalam-dalam, lalu menjawab, "Kamu selalu jadi inspirasiku. Sejak pertama kali aku memotretmu 10 tahun lalu, aku tahu ada sesuatu dalam dirimu yang tak dimiliki oleh kucing lain. Bukan hanya kecantikanmu, tapi juga kekuatanmu. Waktu mungkin telah berlalu, tapi sinar dalam dirimu tidak pernah benar-benar padam."

Yeong terdiam. Selama ini ia merasa tenggelam dalam bayang-bayang kegagalan, namun kata-kata Seo-jin menyentuh hatinya. Mungkinkah ia telah mengabaikan dirinya sendiri selama ini?

Seo-jin melanjutkan, "Aku ingin mengabadikanmu lagi. Bukan sebagai bintang yang pernah jatuh, tapi sebagai Yeong yang sebenarnya—yang kuat, yang tetap indah, meskipun sudah melalui banyak hal."

Yeong menatapnya dengan perasaan campur aduk. Bagaimana seorang fotografer yang tak pernah ia kenal bisa melihat dirinya lebih dalam dari siapa pun?

Hari-hari berlalu, dan nama Yeong mulai kembali naik di industri hiburan. Namun kali ini, ia tidak hanya dikenal karena masa lalunya. Produser dan penggemar melihatnya sebagai aktris yang dewasa dan penuh karakter. Peran-peran utama kembali berdatangan, dan kehidupannya terasa lebih cerah.